PERSEPSI ILMUWAN DAN MASYARAKAT MENGENAI PENYEBARLUASAN HASIL PENELITIAN
Kemampuan serta daya saing dalam penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kunci masa depan suatu bangsa. Kaidah-kaidah keilmuwan yang merupakan tuntunan utama tindak laku seorang ilmuwan dalam mencari kebenaran ilmiah adalah pilar utama kemajuan ilmu pengetahuan. Tanggung jawab utama seorang ilmuwan dalam melaporkan dan menyebarluaskan hasil penelitiannya diawali dengan publikasi ilmiah, yang harus berpegang setinggi-tingginya pada kebenaran ilmiah hasil penelitian, dan mencapai masyarakat ilmiah secara luas dan terbuka. Sesuai dengan kaidah keilmuan yang mengutamakan kepentingan umat manusia, maka merupakan tanggung jawab seorang ilmuwan bahwa penyebarluasan hasil penelitiannya tidak membawa dampak negatif, terlebih-lebih menyesatkan dalam persepsi dan pemahaman masyarakat.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menyadari bahwa kaidah-kaidah di atas tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas, sehingga terkadang terjadi benturan persepsi terkait dengan kepentingan masyarakat dan integritas ilmuwan. AIPI telah membahas hal ini secara luas dan mendasar, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan akut yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia terkait dengan penelitian tentang kuman Enterobacter sakazakii, dan berpandangan bahwa:
LATAR BELAKANG
- Pemikiran yang melatarbelakangi pandangan AIPI ini terpicu oleh kejadian penelitian Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari susu formula di Institut Pertanian Bogor (IPB). Kejadian berawal dari penelitian untuk menentukan keberadaan kuman penyebab penyakit, terutama penyebab infeksi usus Salmonella dan Shigella, pada susu formula di Indonesia. Kedua kuman penyebab penyakit tersebut tidak ditemukan, akan tetapi terdeteksi adanya E. sakazakii.
- Isolasi E. sakazakii merupakan garis depan penelitian tentang kemungkinan bahwa kuman tersebut dapat menyebabkan penyakit, terutama pada bayi, sesuai dengan kecurigaan dunia ilmiah saat itu dan imbauan FAO dan WHO di tahun 2004 agar kemungkinan tersebut diteliti. Usaha perburuan kuman di IPB berhasil mendapatkan isolat E. sakazakii dari susu formula, dan penemuan tersebut telah dipublikasikan dalam serangkaian makalah ilmiah di jurnal internasional, seperti Journal of Food Protection (2006) dan International Journal of Food Microbiology (2007 dan 2009). Hasil penelitian tersebut juga disampaikan pada Expert Meeting on Enterobacter sakazakii and Salmonella in Powdered Infant Food, FAO dan WHO, tahun 2006 di Roma, Italia.
- Sesuai tujuan, isolat E. sakazakii di atas telah digunakan dalam penelitian pembuktian hubungan kuman dan penyakit, dengan menggunakan mencit baru lahir sebagai binatang percobaan. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa kuman ini dapat menyebabkan infeksi pada mencit baru lahir, dengan berbagai organ penting sebagai target infeksi.
- Bukti awal pada mencit tentang hubungan kuman dengan penyakit merupakan indikasi perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut, terutama pembuktian klinis adanya hubungan gejala penyakit dengan infeksi E. sakazakii pada pasien, dan kaji keamanan produk oleh instansi berwenang, terutama susu formula, untuk menentukan kandungan kuman E. sakazakii dan kadar yang potensial membahayakan. Penemuan di atas telah disampaikan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
- AIPI prihatin bahwa penelitan garis depan yang sangat penting di atas telah menyebabkan benturan pendapat, yang berawal pada kekurang-pahaman sebagian masyarakat terhadap kaidah tindak ilmiah, akan tetapi telah bermuara pada suatu proses hukum. Terutama karena proses tersebut menghasilkan putusan mengharuskan ilmuwan terkait membuka informasi rancang penelitian yang dapat menyesatkan masyarakat mengenai keamanan produk.
- AIPI menemukan bahwa rangkaian penelitian E. sakazakii yang dilakukan di IPB telah dilakukan sebagai upaya perburuan kuman, dan oleh karena itu secara mendasar dirancang untuk mengoptimalisasi terisolasinya E. sakazakii dari sebagai sumber perburuan, yang dalam hal ini adalah susu formula.
- Rancang perburuan kuman sangat berbeda dengan rancang uji keamanan produk; oleh karena itu hasil penelitian perburuan kuman tidak dapat digunakan sebagai dasar pemikiran yang terkait dengan pengujian keamanan produk .
- Sesuai dengan kaidah-kaidah yang membimbing tindak laku seorang ilmuwan, peneliti terkait telah secara berkesinambungan mempublikasikan penemuan E. sakazakii - serta sebagai kelanjutan penelitian, tentang kemampuan kuman untuk menyebabkan penyakit pada mencit baru lahir - melalui media ilmiah yang benar dan teruji.
- Perbedaan pendapat antara ilmuwan dan sebagian masyarakat mengenai makna penelitian terjadi karena munculnya pemberitaan awam, dengan penekanan yang kurang benar; pemberitaan awam mencapai masyarakat secara luas, akan tetapi - berbeda dengan publikasi ilmiah - pada dasarnya tanpa penapisan melalui telaah kebenaran ilmiah.
- AIPI telah mempertimbangkan dampak putusan hukum di atas, dan berpendapat bahwa pengumuman informasi rancang penelitian perburuan kuman dalam konteks uji keamanan produk, bertentangan dengan kaidah yang menjadi pedoman tindak laku seorang ilmuwan.
- AIPI berpendapat bahwa pengungkapan informasi rancang penelitian perburuan kuman yang disalahartikan sebagai uji keamanan produk akan menyesatkan masyarakat umum; dari segi kesehatan masyarakat informasi tersebut kemungkinan besar akan disalahartikan sebagai pedoman aman atau tidak amannya suatu produk.
- AIPI berpendapat bahwa putusan hukum yang mengharuskan pengungkapan nama produk dalam rancang penelitian perburuan kuman perlu ditinjau kembali. Terutama karena putusan tersebut dapat menjadi dasar preseden tidak baik di masa depan, dengan dampak negatif yang mendasar terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.