BJ Habibie: AIPI Harus Beri Impact

31 January 2015 | 2885 hits
aipi-beri-impact.jpg

Jakarta (BERITA AIPI) - Bacharudin Jusuf Habibie, satu dari tiga pendiri AIPI, tampak bugar ketika ditemui di kediamannya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada akhir Januari 2015. Dengan penuh semangat, pria kelahiran Pare-pare, Sulawesi Selatan itu menceritakan awal mula berdirinya AIPI dan harapannya untuk akademi ini.

Pada 2015, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia memasuki usia ke-25. Layaknya manusia, di usia peraknya ini AIPI diharapkan dapat memberikan sumbangan lebih besar bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pendirian AIPI bukannya tanpa tantangan, rencana pembentukan AIPI yang sudah dimulai pada tahun 1956 melalui pendirian Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia sempat tertunda hingga akhirnya terwujud pada 1990.

Pada 1983, Bacharudin Jusuf Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, keluar dari kantor Presiden Soeharto, usai rapat membicarakan rencana pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Koleganya bertanya-tanya apa gerangan yang dibicarakan dengan Presiden hingga memakan waktu begitu lama. Ketika Habibie bercerita tentang rencana pembentukan akademi ilmu pengetahuan, dia malah dihujani protes.

"Buat apa bikin akademi? Di sini sudah banyak itu sekolah," Habibie menirukan ucapan rekan-rekan sejawatnya. "Malah dikira saya mau buat sekolah D3," ujarnya sembari tergelak. Meski mendapat restu dan dukungan presiden, proses pembentukan AIPI memakan waktu panjang, termasuk pembentukan undang-undang pendiriannya. Akhirnya, AIPI resmi terbentuk pada 13 Oktober 1990 seiring dengan disahkannya UU No. 8 Tahun 1990 tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

"Sampai sekarang saya bersyukur kita (AIPI) punya undang-undang," kata Mantan Presiden ke-3 RI itu saat ditemui di kediamannya di kawasan Kuningan, pada akhir Januari 2015. Dasar hukum itu dapat memperkuat peranan AIPI dalam memberikan masukan berdasarkan pertimbangan ilmiah/ ilmu pengetahuan kepada pemerintah. Terlebih karena anggota AIPI merupakan putera-puteri terbaik bangsa yang bebas, merdeka, bisa berpikir dan memahami ilmu pengetahuan dan teknologi, seta peduli pada bangsa Indonesia. "AIPI harus fokus membuat impact untuk masyarakat, kalau hanya paper tidak ada yang baca," katanya. "Saya yakin akan ada pemimpin-pemimpin yang berasal dari AIPI."

Dia juga berharap AIPI bisa menambah anggota agar semakin banyak masukan yang bisa diberikan untuk bangsa. Perlu ada pengembangan kader yang memiliki cara berpikir dan penyelesaian masalah yang matang serta memihak masyarakat. Para anggota AIPI diharapkan dapat bersinergi dan menghasilkan konsep yang mantap. Salah satu contohnya memberikan masukan untuk memberikan nilai tambah bagi kekayaan alam Indonesia. "Jangan sampai orang lain datang ke sini memberikan hasil penelitiannya lalu kita hanya membayar," katanya.

Ahli aeronautika itu optimistis pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia akan semakin baik seiring dengan bertambahnya warga Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi. "Ketika awal kemerdekaan intelektual yang mengerti elemen kemerdekaan, kebebasan, dan budaya mungkin tidak bisa memenuhi satu bus, hanya sedikit. Kalau sekarang sudah ada berapa armada," katanya. Namun ilmi pengetahuan harus selalu dikembangkan untuk kepentingan masyarakat. "Peringatan 25 tahun AIPI adalah momentum yang baik untuk membicarakan capaian AIPI dan rencana kita ke depan," katanya menutup perbincangan.

Pembuat Artikel: Anggrita Desyani
Editor : Uswatul Chabibah

Hak Cipta © 2014 - 2024 AIPI. Dilindungi Undang-Undang