International Conference on Tempe and Its Related Products

17 February 2015 | 3614 hits
ilustrasi-konferensi-tempe.jpg

Yogyakarta (kompas.com) - Konferensi Internasional tentang Tempe atau "International Conference on Tempe and Its Related Products" digelar di Yogyakarta, 15-17 Februari 2015.

Ketua Komisi Ilmu Rekayasa AIPI sekaligus koordinator ilmiah konferensi, Profesor FG Winarno, mengatakan dalam acara ini juga akan disampaikan deklarasi tentang "Identitas" tempe berdasarkan kajian ilmiah.

"Tempe dilahirkan di Indonesia, khususnya di wilayah Kerajaan Mataram," katanya.

Konferensi yang terbuka untuk umum ini akan membahas segala hal seputar tempe, dari sisi sains, teknologi, kesehatan, sejarah, ekonomi hingga budaya. Konferensi yang menghadirkan para ilmuwan, akademikus, dan pengusaha tempe, ini juga dijadikan ajang promosi untuk mempopulerkan tempe dan produk olahannya kepada dunia.

Kemarin, Minggu (15/2/2015), peserta konferensi dari sejumlah negara melakukan kunjungan ke sentra batik tulis Giriloyo, Kecamatan, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu. Selain melihat produk kerajinan batik tulis di wilayah setempat, para peserta juga belajar langsung cara membatik.

Para peserta yang di antaranya datang dari Belanda, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Perancis itu hampir semua mengaku baru pertama kali membatik tersebut. Mereka begitu sungguh-sungguh mencoba membatik.

Dengan bimbingan kelompok perajin Batik Giriloyo, para peserta tampak senang menggoreskan pewarna alami menggunakan canting ke dalam kain yang memang sudah ada gambar pola batik khas Giriloyo.

Setelah belajar batik di Giriloyo, rombongan juga mengunjungi perajin tempe "Bumi Langit" yang juga masih berada di Kecamatan Imogiri, Bantul. Di tempat ini, mereka juga melihat bagaimana proses pembuatan tempe, mulai dari awal hingga ke pengemasannya.

Potensi Tempe

Ketua Panitia International Conference on Tempe 2015 FG Winarno mengatakan, masyarakat Indonesia sudah akrab dengan tempe karena makanan itu telah dikonsumsi secara turun-temurun. Selama beberapa tahun terakhir, informasi tentang kandungan dan manfaat tempe cukup banyak beredar di masyarakat.

Meski begitu, masih banyak hal yang belum diketahui terkait tempe. "Di samping banyak hal yang kita ketahui tentang tempe, kita semua masih punya rasa ingin tahu yang besar terhadap makanan tersebut. Banyak riset terbaru soal tempe yang perlu kita tahu," kata Winarno yang juga Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Atma Jaya Jakarta.

Dia menambahkan, untuk membahas berbagai hal terkait tempe, "International Conference on Tempe and Its Related Products" mengundang sejumlah ahli pangan dari Indonesia dan beberapa negara lain, antara lain Thailand, Korea Selatan, dan Perancis. Perwakilan sejumlah perusahaan yang memproduksi produk turunan tempe dan produk yang terkait juga diundang.

Menurut Winarno, tempe sangat berpotensi dikembangkan menjadi makanan dengan beragam bentuk dan manfaat. Sejumlah manfaat tempe yang pernah diteliti antara lain adalah dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah, meningkatkan ketahanan tubuh, dan mencegah serta mengobati diare.

"Namun, masih banyak penelitian yang kita perlukan untuk mengetahui karakteristik, kandungan, dan manfaat tempe. Oleh karena itu, para ahli Indonesia harus mengembangkan kerja sama dengan peneliti dari negara lain untuk meneliti berbagai hal soal tempe," tutur Winarno.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah DI Yogyakarta Didik Purwadi mengatakan, pada masa lalu tempe sering dipandang secara negatif. "Tempe dulu kerap dianggap sebagai makanan yang tidak bergizi, tak higienis karena dibuat dengan cara diinjak-injak, dan hanya dikonsumsi orang yang tak mampu membeli daging," ungkapnya.

Namun, menurut Didik, selama beberapa tahun terakhir, pandangan negatif tentang tempe mulai hilang. Saat ini, tempe mulai dikenal sebagai makanan bergizi yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Salah satu kandungan tempe adalah vitamin B12 yang berguna menjaga kesehatan sistem saraf serta memproduksi energi.

"Tempe adalah makanan nabati yang paling banyak mengandung vitamin B12. Oleh karena itu, manfaat tempe sangat besar sehingga masyarakat Indonesia tak perlu malu mengonsumsi dan mengembangkan tempe," papar Didik.

Konferensi internasional ini digagas oleh empat lembaga yang bergerak di bidang pangan dan gizi, yaitu Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan), Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (Permi), dan Konsorsium Bioteknologi Indonesia. Konferensi ini secara ilmiah dikoordinasi oleh Komisi Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Rangkaian acara "International Conference on Tempe and Its Related Products" telah dimulai pada Minggu (15/2) dengan melakukan kunjungan ke beberapa tempat produksi tempe dan sentra pembuatan batik di DIY. Konferensi internasional itu akan berlanjut hingga Selasa (17/2).

Sumber : KOMPAS

Hak Cipta © 2014 - 2024 AIPI. Dilindungi Undang-Undang