Latar Belakang
Indonesia tengah menapaki jalan panjang menuju cita-cita besar Indonesia Emas 2045, yakni menjadi negara maju berdaulat, adil, dan makmur tepat saat satu abad kemerdekaannya. Untuk mewujudkan visi tersebut, berbagai strategi pembangunan nasional perlu dirumuskan dan dijalankan secara konsisten dan berkesinambungan. Salah satu fondasi utama dari strategi ini adalah penguatan infrastruktur nasional dan penataan wilayah yang inklusif dan berkeadilan.
Sejumlah kajian dan proyeksi menyatakan bahwa untuk mencapai status negara maju pada 2045, Indonesia perlu menjaga pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 7% per tahun secara berkelanjutan. Namun, pertumbuhan semata tidak cukup—kualitas pertumbuhan menjadi kunci. Produktivitas nasional harus ditingkatkan melalui transformasi industri yang mampu menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi, bernilai tambah besar, serta mengandung muatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang kuat.
Pembangunan industri berbasis inovasi tersebut memerlukan sumber daya manusia unggul yang tidak hanya memiliki kualifikasi dan kompetensi, tetapi juga beretika, adaptif, dan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Di sisi lain, ekosistem regulasi dan birokrasi pemerintahan juga harus progresif, efisien, dan pro-inovasi untuk menopang dan mempercepat proses transformasi tersebut.
Gagasan-gagasan visioner ini sejatinya telah sejak lama diperjuangkan oleh Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie, Presiden Republik Indonesia ke-3 dan tokoh sentral dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Sebagai Bapak Iptek Nasional, warisan pemikiran dan karya beliau terus relevan dan menjadi inspirasi dalam perumusan kebijakan pembangunan masa depan Indonesia.
Dalam semangat tersebut, arah strategis pembangunan infrastruktur nasional saat ini menitikberatkan pada lima bidang unggulan yang semakin memperkuat warisan pemikiran Prof. Habibie:
1. Ketahanan pangan dan air, melalui penguatan sistem irigasi, bendungan, serta infrastruktur agro-maritim untuk mendukung kemandirian dan keadilan wilayah;
2. Infrastruktur energi bersih, yang menjadi tulang punggung transisi menuju ekonomi rendah karbon dan mencerminkan keberlanjutan berbasis teknologi;
3. Konektivitas yang merata dan terintegrasi, sebagai upaya menyatukan Nusantara dalam kerangka pembangunan wilayah berbasis potensi lokal;
4. Kota layak huni dan tangguh, yang mendukung lahirnya pusat-pusat produktivitas baru, inklusif, dan berdaya tahan terhadap perubahan iklim;
5. Serta reformasi pembiayaan infrastruktur berkelanjutan, yang memanfaatkan inovasi keuangan demi mempercepat transformasi tanpa membebani fiskal nasional.
Kelima bidang ini tidak hanya merefleksikan kebutuhan nyata Indonesia hari ini, tetapi juga menjadi wujud aktualisasi dari semangat teknologi, inovasi, dan keberlanjutan yang telah sejak awal digaungkan oleh Prof. Habibie.
Untuk itu, CTIS (Centre for Technology and Innovation Studies/ Pusat Kajian Teknologi dan Inovasi), bekerja sama dengan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), akan menyelenggarakan acara bertajuk: BJ Habibie Memorial Lecture: Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Kewilayahan Menuju Indonesia Emas 2045.
Acara ini merupakan penghormatan atas dedikasi dan kontribusi almarhum Prof. Habibie terhadap kemajuan iptek dan pembangunan nasional, sekaligus menjadi wahana refleksi serta diskusi strategis untuk merumuskan arah kebijakan masa depan yang berkelanjutan dan berbasis pengetahuan.
Dalam Memorial Lecture ini, Bapak Dr. Agus Harimurti Yudhoyono akan hadir sebagai pembicara utama (keynote speaker). Sebagai tokoh yang mewakili generasi kepemimpinan masa depan, beliau akan menguraikan pandangan strategisnya terkait pembangunan infrastruktur dan kewilayahan dalam konteks pencapaian visi Indonesia Emas 2045, serta merefleksikan nilai-nilai kepemimpinan dan kenegarawanan dari Prof. B.J. Habibie.