Opini

no image

Reformasi Total Pendidikan Vokasi

04 May 2022
Oleh : Satryo S. Brodjonegoro
Unduh PDF


Untuk menghasilkan tamatan SMK yang punya prospek cerah di era industri 4.0 maka pendidikan vokasi harus unik dan tidak dapat dilakukan oleh pendidikan menengah umum. Pendidikan vokasi harus mengembangkan keunikan-nya.

Tajuk rencana harian Kompas pada 21 April 2022 mengangkat kembali isu pendidikan vokasi yang harus diubah paradigmanya.

Dalam tajuk rencana tersebut dibahas beberapa aspek penyebab kegagalan pendidikan vokasi di Indonesia selama ini, di antaranya minimnya link and match sekolah dengan dunia kerja, minimnya sumber daya, baik input siswa maupun sarana prasarana serta guru, baik jumlah maupun kompetensinya. Disebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka dari tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) cukup tinggi, sekitar 11,13 persen.

Penulis selalu mengikuti perkembangan pendidikan vokasi sejak masih bertugas sebagai Dirjen Dikti, meskipun bukan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)-nya karena sangat terkait dengan program pendidikan tinggi yang harus dikembangkan agar memberi manfaat yang maksimal bagi masyarakat, negara, dan bangsa.

Jika kegagalan terus-menerus terjadi dengan isu yang sama, artinya upaya perbaikan yang dilakukan tidak menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya.

Isu klasik

Isu kegagalan pendidikan vokasi tersebut adalah isu klasik yang sudah sejak lama dikemukakan secara terus-menerus oleh berbagai kalangan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat secara umum.

Sampai detik ini tidak ada perubahan ke arah perbaikan sama sekali, artinya tingkat pengangguran terbuka tetap tinggi meskipun berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah termasuk penerbitan Inpres No 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi SMK.

Jika kegagalan terus-menerus terjadi dengan isu yang sama, artinya upaya perbaikan yang dilakukan tidak menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya. Berbagai kebijakan yang dibuat untuk membenahi pendidikan vokasi sama sekali tidak berbasis bukti ilmiah.

Berikut ini adalah telaah terhadap isu penyebab kegagalan pendidikan vokasi.

Satryo  Soemantri Brodjonegoro,
Guru Besar Emeritus Teknik Mesin ITB, Dirjen Dikti (1999-2007), Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)

Tulisan ini pertama kali terbit di Harian Kompas, 4 Mei 2022

Hak Cipta © 2014 - 2023 AIPI. Dilindungi Undang-Undang.