Diskusi Publik – Talkshow: MEMBANGUN EMPATI LINTAS BATAS

24 May 2023 | 1547 hits
KK_Flyer.jpg

Jumat, 26 Mei 2023

Siaran Pers AIPI

 

Jakarta, 24 Mei 2023. Krisis empati akhir-akhir ini agaknya telah menjangkiti berbagai sektor kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada berbagai kalangan bahkan pada seluruh tingkatan. Secara kasat mata, melalui berbagai platform media, terlihat kecenderungan masyarakat dan komponen bangsa kurang dapat merawat kepekaan dan kepedulian sosial.  Rasa kebersamaan kita sebagai sebuah bangsa majemuk mulai melapuk. Menjadi persoalan, kemudian,  bagaimana bangsa ini dapat tetap merawat dan mengembangkan terus budaya gotong-royong yang menjadi kekhasan bangsa kita dan yang diyakini menjadi unsur penting dalam merawat ketangguhan dan keberlanjutan Indonesia.

Atas dasar itu, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), melalui Komisi Kebudayaan (KK), akan menyelenggarakan Seri Diskusi dalam format Talkshow bertemakan ”Membangun Empati Lintas Batas.” Perhelatan diskusi publik ini akan digelar secara daring pada Jumat, 26 Mei 2023, pukul 13.30-16.00 WIB, dapat diikuti melalui aplikasi Zoom Meeting ID: 890 2008 0362 dengan Password: DiskusiKK atau melalui tautan langsung ke s.id/DiskusiKK. Acara ini juga disiarkan melalui kanal YouTube dengan tautan s.id/YouTube_DiskusiKK.

 

Penyelenggara Komisi Kebudayaan AIPI membuka ruang seluas-luasnya untuk men diskusikan dan membincangkan langkah-langkah strategis membangun empati lintas batas untuk menciptakan ketangguhan masyarakat menghadapi risiko pembelahan. Narasumber yang akan dihadirkan adalah:

  1. Dr. Hariatmoko SJ, anggota KK-AIPI, akan menawarkan edukasi literasi digital kritis untuk membangun masyarakat yang bijak mengelola informasi; 
  2. Prof. Dr. Musdah Mulia,  anggota KK-AIPI yang juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan membincangkan pendekatan lintas iman untuk merajut solidaritas; dan
  3. Prof. Amin Abdullah, Ph.D., Ketua KK-AIPI yang juga Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, akan menyampaikan gagasan-gagasannya dalam membangun persaudaraan lintas iman melalui pendidikan formal dan informal. 

 

Diskusi ini terbuka untuk kalangan dosen, mahasiswa, para cendekiawan, peneliti, birokrat, pengamat kemasyarakatan, LSM, dan publik masyarakat luas. Talkshow ini akan diikuti dengan sesi tanya jawab, dan akan dipandu oleh moderator Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, anggota AIPI dan juga Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Ketua AIPI akan membuka acara dan menyampaikan gagasan dan harapan AIPI terkait dengan tema diskusi dalam bingkai jati diri AIPI membangun budaya ilmiah unggul.  

Melalui diskusi publik yang dikemas dalam Talkshow ini, diharapkan dapat mengurai dan mendudukkan akar persoalan melalui telaah pemikiran komprehensif yang mencerahkan, sebagai bentuk pertangungjawaban publik tugas dan fungsi AIPI. Luaran diskusi diharapkan berupa Policy Brief mengenai strategi bagaimana membangun empati lintas batas.

Perbincangan dan ramai diperdebatan masalah tuna-empati sejatinya mulai mencuat diawali ketika mendiang Prof. Azyumardi Azra, anggota KK AIPI, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, mengambil sikap Golput pada Pilkada 9 Desember 2020, sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan pada korban yang meninggal dunia akibat pandemi COVID-19.  Ia menilai, pelaksanaan Pilkada 2020 di tengah pandemi COVID-19 secara implisit menunjukkan rasa tidak empati pada korban yang meninggal dunia akibat terjangkit virus corona. DPR dan Mendagri bersikukuh tetap menyepakati pelaksanaan Pilkada 9 Desember 2020 karena menganggap pandemi Covid-19 masih terkendali.

Lebih jauh Azya menyampaikan empati adalah perasaan yang sama seperti dirasakan seseorang. Empati kepada orang yang mengalami masalah, seperti sakit, terlanda bencana, kematian kerabat, kehilangan pekerjaan, dan berbagai bentuk kenestapaan lain. “Dalam kontek pembahasan akademik, setidaknya ada tiga macam empati yang berkaitan,” lanjutnya mengklasifikasikan. Pertama, empati kognitif, yakni merasakan dan memikirkan kenestapaan orang lain. Kedua, empati emosional, yakni merasakan emosi orang yang mengalami kesengsaraan. Ketiga, empati welas asih yang mendorong orang meringankan beban orang yang menderita.

ketiga bentuk empati itu lebih terwujud di masyarakat daripada lingkungan kekuasaan politik. Banyak individu, kelompok warga, grup media sosial, komunitas keagamaan dan ormas, serta perusahaan menggalang dana dan menyalurkannya kepada berbagai pihak terdampakita wajib bersyukur ternyata bentuk-bentuk empati itu lebih mewujud di masyarakat daripada lingkungan kekuasaan politik. Banyak individu, kelompok warga, grup media sosial, komunitas keagamaan dan ormas, serta perusahaan menggalang dana dan menyalurkannya kepada berbagai pihak terdampak

Kasus lain rasa tuna-empati juga terkuak mencuat ketika pejabat pelaksana di badan yang mengurisi riset dan inovasi berencana merenovasi ruang kerja Ketua Dewan Pengarah badan tersebut, dengan menelan biaya yang tak masuk akal ditengah kesulitan ekonomi dan pandemi yang masih berkecamuk. Kasus yang sama terjadi ketika pejabat kementerian yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan berusaha menyenangkan menterinya dengan merenovasi ruang kerjanya, yang lagi-lagi dengan ajuan anggaran mencengangkan.

Di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini beredar luas gaya hidup hedon, pamer kekayaan yang tak jelas juga asal usulnya. Ketika sebagian besar masyarakat dilanda kesulitan ekonomi sebagai dampak pandemi berkelanjutan, anak pejabat memamerkan kendaraan super mewah.  Tren berselfie atau merekam video untuk ditayangkan di media sosial telah menjadi arena untuk bersaing unjuk keberadaan diri melalui konsumsi hal-hal yang dianggap meningkatkan citra diri, termasuk gaya hidup mewah.

Erosi empati sosial terhadap yang berkekurangan, menurunnya kepekaan untuk menghargai perbedaan semakin menajam juga akhir-akhir ini menjelang pemilu 2024.  Perdebatan yang cenderung bernarasikan perselisihan pandangan politik identitas, berlatar agama, suku, ras, atau gender, beredar luas ditujukan pada kelompok yang dianggap berseberangan.  Media digital menjadi lahan yang subur untuk menyebarkan ujaran-ujaran kebencian dan pelecehan verbal.

Diharapkan ruang diskusi publik yang dibuka seluas-luasnya dalam diskusi ini dapat memberikan masukan yang bermakna dalam menggali ide-ide strategi yang tepat untuk membangun empati lintas batas yang sangat diperlukan memperkuat daya kohesi untuk membangun ketangguhan masyarakat meghadapi resiko pembelahan.

Ikuti terus berbagai kegiatan ilmiah AIPI melalui situs resmi dan sosial media AIPI yang secara konsisten membuka diskusi publik, webinar daring dan luring secara interaktif dan menyampaikan pandangan, saran dan pertimbangan atas perkembangan ilmu pengetahuan yang dipandang dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat luas dan pemangku kepentingan lainnya, sebagai bentuk pertanggungjawaban publik fungsi AIPI yang independen dengan terus mendorong Budaya Ilmiah Unggul. 
 

Website         :  aipi.or.id  
Instagram     :  aipi_Indonesia
Tweeter         :  AIPI_id
Youtube         : AIPI_Indonesia

Penyusun Berita:
Sigit Asmara Santa
Biro Administrasi Ilmu Pengetahuan – AIPI  
email: aipi.indonesia1990@gmail.com

 

Hak Cipta © 2014 - 2023 AIPI. Dilindungi Undang-Undang.