SEMINAR NASIONAL HIBRIDA: Rekonstruksi Multi-disiplin Peradaban Sundaland

26 August 2024 | 8511 hits
SUNDALAND.jpg

Siaran Pers AIPI

Jakarta, 25 Agustus 2024. Jejak-jejak peradaban masa lalu penting diungkap melalui pendekatan multi-disiplin keilmuan untuk memperoleh gambaran utuh peradaban leluhur agung bangsa Indonesia yang mendiami kawasan Nusantara. Peradaban bangsa umumnya diwariskan dan dikembangkan turun temurun dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya. Konon, bukti-bukti ilmiah menunjukkan, pada Zaman Es, geografi Nusantara berbeda dengan sekarang. Jawa-Sumatra-Kalimantan masih merupakan satu daratan yang tidak terpisahkan lautan, dikenal sebagai Sundaland. Mengkonstruksi ulang dan mengenal sosok peradaban bangsa Nusantara masa lalu, melalui pendekatan multi disiplin keilmuan, akan menebalkan identitas dan jati diri bangsa yang menjadi investasi penting dan menjadi modal dasar untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Atas dasar itu, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), akan menyelenggarakan Seminar Nasional Hibrida menjawab tentang isu-isu sejarah dan pra-sejarah leluhur Nusantara mencakup Warisan Peradaban Sundaland. Dalam gelaran Seminar Nasional ini, penyelenggara seminar, AIPI dan DIPI, sangat mengharapkan mendapat masukan berbagai pihak yang kompeten dalam memgkonstruksi ulang pengetahuan Warisan Peradaban Sundaland masa lalu.

Seminar Nasional diselenggarakan di Ruang Pertemuan AIPI, Lantai 17, Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jln Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta pada Hari Rabu, 28 Agustus 2024, pukul 09.00-12.00 WIB. Perhelatan Seminar ini akan digelar secara hibrida yang dapat diikuti melalui Aplikasi Zoom dengan tautan https://s.id/SEMINAR-NASIONAL_PERADABAN; Meeting ID: 826 2875 3824 dan Passcode: PERADABAN. Acara ini juga disiarkan melalui Aplikasi YouTube melalui tautan https://bit.ly/YTSEMINAR_NASIONAL_PERADABAN.

Pernyelenggaraan Seminar bertujuan untuk : 1) mengevaluasi kembali kronologi sejarah dan pra-sejarah leluhur agung Bangsa Indonesia (Nusantara); 2) memperkenalkan pendekatan multi-disipliner untuk mempelajari Sejarah dan tinggalan dari peradaban kuno Nusantara; 3) mengkaji jati diri leluhur bangsa dan warisan budayanya dan menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai pewaris leluhur Nusantara yang disinyalir pernah menjadi bangsa unggul dan gemilang di masa silam; dan 4) mengembangkan bisnis pariwisata warisan budaya dan zona ekonomi kreatif dari banyak peninggalan budaya yang luar biasa.

Seminar Nasional hibrida ini menghadirkan Pembicara Kunci dan para Narasumber yang mumpuni dan akan menguak dan membeberkan pengetahuan Sundaland dari pendekatan ilmu geologi, paleogeografi, archeo-genetik, dan tak ketinggalan peran badan dunia, UNESCO, dalam menjaga warisan peradaban dan budaya bangsa-bangsa dunia, serta pandangan masyarakat pemerhati budaya.

Prof. Dr. Danny Hilman Natawidjaja, Anggota AIPI dan yang juga Profesor Riset BRIN, bertindak sebagai Pembicara Kunci, akan menyampaikan bahasan isu-isu sejarah dan pra-sejarah Nusantara dari aspek pendekatan ilmu geologi. Narasumber pertama, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, dari Pusat Studi Arkeologi UI, akan menyampaikan materi paparan berjudul “Kenaikan Muka Air Laut, Perubahan Paleogeografi Sundaland, serta Penyebaran Manusia Purba dan Modern”. Narasumber kedua, Prof. Dr. Herawati Sudoyo, Ketua Komisi Ilmu Kedokteran AIPI, akaan menyampaikan hasil riset The Genome Project - Hasil Studi Archaeo-Genetic (DNA) di Indonesia dan Signifikansinya terhadap Sejarah Leluhur Nusantara. Narasumber ketiga, Prof. Dr. Ismunandar, Anggota Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI, yang juga Guru Besar ITB dan sedang bertugas sebagai Ambassador/DPD of Indonesia to UNESCO ini, akan membeberkan tema “Peran UNESCO dalam Pengembangan Warisan Budaya Sejarah dan Pra-sejarah Nusantara”. Di akhir sesi seminar, Prof. Jaya Suprana, Ketua Masyarakat Awam Tetapi Cinta Arkeologi (MATCA), diminta menyampaikan tanggapannya sebagai Masyarakat Pemerhati Budaya Nusantara atas penyelenggaraan tema Seminar ini

Perhelatan Seminar Nasional Hibrida ini diawali dengan pesan Pembukaan oleh Prof. Harkristuti Harkrisnowo, Wakil Ketua AIPI. Pengantar seminar sekaligus moderator akan dibawakan oleh Prof. Damayanti Buchori, Anggota AIPI dan Guru Besar IPB. Sedangkan Prof. Jatna Supriatna, Ketua Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif DIPI, akan menutup acara Seminar dan juga menyampaikan langkah-langkah kedepan peluang mengembangkan bisnis pariwisata warisan budaya dan zona ekonomi kreatif dari banyak peninggalan budaya nenek-moyang Nusantara.

Potensi kekayaan sumber daya alam (SDA) dan kekayaan warisan budaya nenek- moyang Nusantara, dinilai banyak kalangan belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, karena belum tereksplorasi sepenuhnya. Memaksimalkan pemanfaatan semua potensi negara ini, menjadi hal penting untuk mencapai visi Indonesia Emas.

Satiamurthy & Voris, 2006, menyampaikan pada Zaman Es, kondisi geografi Nusantara sangat berbeda dengan saat ini. Pulau-pulau: Jawa, Sumatra, dan Kalimantan masih merupakan satu daratan utuh yang tidak dipisahkan oleh lautan. Mereka menyebutnya sebagai Sundaland. Daratan besar ini digambarkan sangat indah, subur dan kaya beragam SDA sehingga sangat cocok untuk menopang tumbuhnya budaya dan peradaban. Secara tektonik Sundaland mengalami proses perubahan secara kontinyu sejak lebih dari 1 juta tahun lalu.  Sebelum 700 ribu tahun lalu, Sundaland selalu bersatu dengan daratan Asia tidak dipisahkan lautan (Husson dkk, 2023).  Kemudian, paleogeografi Sundaland mulai dipengaruhi oleh siklus naik turunnya muka laut dari pergantian Zaman Es ke Zaman Panas, sehingga menjadi daratan besar ketika Zaman Es dan pulau-pulau yang terpisah-pisah oleh lautan, seperti kondisi sekarang ini.

Banyak teori atau hipotesa dikembangkan mengenai peradaban kuno Sundaland.  Stephen Oppenheimer, menulis dalam bukunya  "Eden in the East: The Drowned Continent in Southeast Asia" (Oppenheimer, 1999), menyimpulkan bahwa nenek moyang leluhur Nusantara telah berada di wilayah ini sejak Zaman Es, lebih dari 9000 SM, dan telah mengembangkan peradaban tinggi, termasuk teknologi pelayaran yang pertama di Asia bahkan dunia. Karena bencana banjir besar (naiknya muka air laut) bangsa Nusantara menyebar keluar ke berbagai wilayah dunia (“Out of Sundaland”).  Hal ini didukung oleh studi arkeo-genetik terbaru (Kim dkk, 2023).

Keberadaan peradaban sangat kuno di Nusantara sejalan dengan pandangan arkeolog Amerika, William Solheim, seperti dikemukakan dalam artikel ilmiah dan bukunya tentang bangsa Nusantao (Solheim II, 1984; Solheim II et al., 2006).  Anand Khrisna, dalam bukunya “The Wisdom of Sundaland”, menyebutkan bahwa Sunda atau Sindhu adalah peradaban agung tertua di dunia, lebih tua dari Mesopotamia. Yang lebih kontroversial adalah teori Prof. Aryo Santos dalam bukunya "Atlantis: The Lost Continent Finally Found" menyimpulkan bahwa Atlantis, yang selama ini menjadi teka-teki global, terletak di Sundaland pada Zaman Es (Santos, 2005). Namun, ‘teori’ tentang peradaban luhur pada Zaman Es ini kurang popular di dunia mainstream karena umumnya lebih mengacu pada Teori “Out of Taiwan” (Bellwood, 1985), yang mengusulkan bahwa nenek moyang yang membangun peradaban Indonesia berasal dari Yunan (di daratan China) melalui Taiwan sekitar 2500 tahun SM,

Penelitian terbaru dibidang arkeo-genetik sebagai bagian dari the Genome Project menunjukan bahwa bangsa Indonesia, Malay dan Hindia sudah mendiami wilayah Sundaland sejak puluhan ribu tahun lalu (Kim dkk, 2023).  Eeksplorasi arkeologi terkini berhasil menguak bahwa tinggalan lukisan gua yang tertua di Dunia, berumur paling tidak 51.000 tahun lalu, ada di Maros, Sulawesi Selatan (Oktaviana dkk, 2024).

Explorasi geo-arkeologi dari struktur piramida di Gunung Padang oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) menyimpulkan bahwa piramida Gunung Padang mulai dibangun antara tahun 14.000 hingga 25.000 SM, dan kemudian direnovasi setidaknya dua kali, yaitu antara tahun 5.500-6.000 SM dan 1.000-2.000 SM (Akbar, 2013; Natawidjaja, 2015; Natawidjaja et al., 2016; Natawidjaja et al., 2018, Natawidjaja et al., 2023). Temuan kontroversial ini mengindikasikan bahwa Piramid Gunung Padang adalah piramid yang tertua di dunia. Gunung Padang makin populer setelah ditampilkan dalam episode pertama dan menjadi primadona dalam serial Netflix Ancient Apocalypse.  Jadi, berbagai hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa “cradle of civilization” atau ibu peradaban dunia adalah wilayah Sundaland/Nusantara. 

Peninggalan spektakuler dari leluhur Nusantara tentu tidak hanya lukisan gua tertua dan Gunung Padang saja, masih banyak peninggalan besar lain di Indonesia yang belum diketahui atau masih kurang dieksplorasi. Kondisi geografis Nusantara yang berada di wilayah tropis dengan proses alam yang sangat cepat dan dinamis menjadikan banyak peninggalan budaya kuno hilang atau sukar ditemukan karena tersamarkan lanskap alamiah, tertutup hutan belukar, tertimbun sedimen, longsor endapan letusan Gunung api dan tsunami, dan berada di bawah laut.  Oleh karena itu eksplorasi peninggalan leluhur Nusantara harus memakai konsep baru dengan metoda studi dan eksplorasi yang menerapkan multi-displin dan saintek (sains dan teknologi) terkini, termasuk untuk menentukan umur peninggalannya dan menyusun kronologi yang lebih akurat.

Pembaca Budiman,

Ikuti terus diskusi-diskusi dan perbincangan ilmiah yang diselenggarakan oleh AIPI yang berkolaborasi dengan lembaga-lembaga think tank/pendidikan tinggi/tokoh cedekiawan dan ilmuwan. Harapannya, apa yang dihasilkan menjadi sumbangsih pencerahan dan khasanil keilmuan baru mengembangkan wawasan pengetahuan kepada publik secara luas.

Website

:  aipi.or.id  

Instagram

:  aipi_Indonesia

Tweeter

:  AIPI_id

Youtube   

:  AIPI_Indonesia

Pembuat Siaran Pers:
Sigit Asmara Santa,
humas@aipi.or.id
Biro Adm. Ilmu Pengetahuan, AIPI

Hak Cipta © 2014 - 2024 AIPI. Dilindungi Undang-Undang