
BERITA AIPI
Bogor, 28 Februari 2025. Atas dasar kesamaan visi untuk mengambil peran aktif dalam kerangka fungsi kelembagaan masing-masing dalam mewujudkan kedaulatan pangan bangsa Indonesia - Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), IPB University, Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat (SASPRI) dan The International Livestock, Dairy, Food Processing, and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia menandatangani Perjanjian Kerjasama (MoA) untuk berhimpun dan bersepakat mempromosikan dan mengimplementasikan Sistem Integrasi Horizontal Industri Pangan Bangsa (Sintha IPB), Jum’at 28 Februari 2025, di Bogor.
Lingkup kegiatan yang disepakati meliputi: 1) Pertemuan Ilmiah; 2) Festival; 3) Diskusi Tematik; dan Kajian Kebijakan; serta 5) Kampanye Pangan dan Gizi. Kelima kegiatan itu telah diurai lebih rinci dalam Perjanjian Kerjasama dan Operasional antar pihak.
Penandatangan dokumen MoU inovasi kelembagaan dalam wujud Forum Integrator Horizontal Industri Pangan Bangsa tersebut dari AIPI adalah Prof. Jatna Supriatna, Ketua Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI, yang diwakili oleh Prof. Damayanti Buchori; Prof. Dr. Ernan Rustiadi selaku Pembantu Rektor IPB University bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Masyarakat Agromaritim; Prof. Muladno selaku Wali Utama SASPRI, dan Dr. Drh. Widyanto Dwi Surya, Komisaris Utama ILDEX Indonesia. Turut serta menyaksikan penandatangan MoU tersebut adalah Prof. M. N. Al Arif dari Utusan Khusus Presiden Bidang Pangan dan Ketua AIPI, Prof. Daniel Murdiyarso.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan Diskusi Terpumpun (FGD) yang diikuti oleh 9 lembaga sebagai inisiator dan koinisiator membangun SINTHA IPB meliputi; 1) Solidaritas Almumni Sekolah Peternakan Rakyat (SASPRI); 2) Aliansi Strategis Pengelola Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia (AGISPRINA); 3) Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia ASPEKSINDO); 4) Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU); 5) Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT); 6) Gabungan Pelaku Usaha Sapi Potong Seluruh Indonesia (GAPUSPINDO); 7) Asosiasi Obat hewan Indonesia (ASOHI); dan 8) Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (ARPHUIN); serta Asosiasi Perushaan Pameran Indonesia (ASPERAPI).
Pada kesempatan pertama membuka acara diskusi terpumpun itu, Prof. Muladno sebagai penggagas, dan inisiator, yang juga Wali Utama SASPRI merasa lega dan bersyukur dapat meluncurkan inovasi kelembagaan dalam wujud Forum Integrator Horizontal Industri Pangan Bangsa yang pada akhirnya dapat menghimpun 9 lembaga asosiasi pelaku industry pangan. “Saya sangat bersyukur, setelah mengelola SPR sejak 13 tahun lalu, baru berani meluncurkan dan membangun SINTHA IPB pada tahun ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dengan mengusung program unggulan SASPRI tahun ini, IPB University memperoleh SDG Award hingga 3 kali berturut-turut. IPB juga memperoleh peringkat ke 45 se dunia dan peringkat pertama di Asean sebagai perguruan tinggi unggul di bidang pertanian dan kehutanan.
SINTHA IPB dibentuk bertujuan untuk menggalang keberdamaan para pelaku usaha dari huli ke hilir dalam bisnis kolektif berjamaah dengan menempatkan komunitas peternak rakyat sebagai pemeran utama. Di sisi lain di sektor pemerintah, baik dari tingkat pusat, pemerintah daerah, hinga pemerintah desa diharapkan dapat bertindak sebagai pamong untuk mengayomi dan memperlancar usaha peternakan secara kolektid berjamaan. Secara kelembagaan SINTA IPB yang dibangun mampu melebarkan jaringan dengan mengajak perguruan tinggi termasuk universitas, akademi, politeknik, institut dan sekolah tinggi untuk menerapkan aktivitas tri dharma di lokasi komunitas peternak rakyat terkonsolidasi.
Lebih lanjut Prof. Muladno juga menyampaikan perkembangan SASPRI yang telah mencapai 83 titik lokadi di seluruh Indonesia, yang terbentang dari Jambi hingga Papua Barat. Hingga kini telah terbentuk 47 Alumni SPR yang 95% merupakan lulusan SPR IPB.
Pada kesempatan FGD tersebut, masing-masing peserta menyampaikan usulan dan gagasan untuk diimplementasikan berbagai pihak secara bersama dalam membangun ketahanan pangan di Indonesia. Secara umum teridentifikasi dalam Diskusi Tepumpun itu, persoalan pangan di Indonesia sesungguhnya tetap masih seperti dulu. Belum bergeser. Permasalah-permasalan yang masih ada diyakini akan lebih mudah terselesaikan dengan cara mengimplementasikan hal-hal yang sudah disinkronisasikan dengan program pemerintah. Tujuan yang baik, dilaksanakan secara baik, dengan cara berjamaah dan saling menguntungkan, merupakan kunci kesuksesan ketahaan pangan di Indonesia.
Website : aipi.or.id
Instagram : aipi_Indonesia
Tweeter : AIPI_id
Youtube : AIPI_Indonesia
Pembuat Siaran Pers:
Sigit Asmara Santa,
humas@aipi.or.id
Biro Adm. Ilmu Pengetahuan, AIPI