
Kompas, 25 April 2015, Makalah ini mengurai penampakan Gerhana Matahari Total (seterusnya disebut GMT), yang akan berlangsung tanggal 9 Maret 2016. Dari jalur yang akan dilalui pusat bayangan (umbra) Bulan, Matahari akan sekejap hilang dari penampakan warga yang tinggal di jalur gerhana itu. Jalur gerhana mulai menyentuh muka Bumi pada suatu tempat tak berpenghuni di Samudera Hindia, sekira 1000 kilometer disebelah barat Padang, jam 5 pagi WIB. Mulailah saat itu jalur GMT merambat cepat ke timur dengan kecepatan tidak kurang dari 1200 kilometer tiap jam. Perambatan ini terjadi karena gerak relatif Bumi dan Bulan mengelilingi Matahari, serta rotasi Bumi pada poros putarnya.
Jalur gerhana mulai menyentuh wilayah Indonesia di pulau Siberut pada jam 6 pagi WIB. Awal perjalanan GMT di wilayah Bengkulu pada jam 6:30 pagi. Seterusnya melaju kearah timur, melewati pulau Belitung menuju Kalimantan Barat, Kalimantan Timur lalu berbelok ke Timur Laut menjajagi Sulawesi Tengah. Bumi Indonesia ditinggalkan GMT pada jam 08 pagi WIB ketika bayangan meninggalkan wilayah Maluku sebelah utara. Totalitas gerhana (yakni tatkala piringan kelam bulan menutupi sempurna cakram berkilau Matahari (sampai 95 persen) terjadi pada jam 9 WIB, tampak dari suatu titik nir-penduduk ditengah Lautan Teduh. Singkat kata GMT menampangkan dirinya di pagi hari untuk wilayah Indonesia mulai jam jam 06 WIB di Siberut dan Bengkulu..
GMT selalu hadlir dalam kehidupan Bumi dibarengi dengan mitos dan kepercayaan manusia. Dimasa lalu kejadian akbar alami itu dapat menumbuhkan ketakutan. Kekurang pahaman merupakan mengusung kepercayaan jaman, kadang kala mengusir rasionalitas tergantikan dengan wawasan pasrah diri. Kita pernah mengalami disinformasi yang beredar menjelang GMT 1983. Beruntunglah bahwa disinformasi itu terhapus oleh keindahan peristiwa itu sendiri dan sadar kemajuan ilmu pengetahuan serta tebaran informasi yg bernada kebenaran. Pada peristiwa GMT berikutnya, 1988, keadaan mencair bertandakan enthusiasme untuk menyaksikan GMT berbekal akal sehat melindungi mata pengamat. Pelajar dan masyarakat menyambut GMT tanpa rasa takut, sambil melengkapi dirinya, sebagai respons terhadap kaidah kesehatan modern, membuat pelindung mata yang fungsional.
Penggerhanan Matahari merupakan salah satu peristiwa mekanistik (gerak Bumi, bulan dan Matahari) alam biasa. Berlangsung tatkala Bulan menyilang garis hubung Matahari-Bumi didekat titik simpulnya. Peristiwa itu tidak terjadi setiap saat bulan berada di antara Matahari dan Bumi karena kemiringan bidang edar Bulan (sebesar 50 ) terhadap bidang ekliptika ( bidang edar Bumi dan planet mengelilingi Matahari). Adalah kebetulan dalam alam bahwa diameter sudut Bulan (30 menit busur) hampir sama besar dengan diameter sudut cakramMatahari, walau jarak linier Bumi-Matahari sebesar 400 kali jarak Bumi-Bulan. Besaran sudut yang sama itulah penyebab piringan matahari bisa terhalang sempurna oleh piringan gelap bulan.
Seseorang, karena geometri lintasan Bumi-Bulan mengelilingi Matahari, tidak selalu dapat menyaksikan GMT. Pada saat berlangsungnya GMT piringan matahari yang bercahaya sedikit demi sedikit terhadang oleh bulan. Pada puncaknya kegelapan melanda suatu daerah yang kebetulan berada di daerah jalur GMT. Pada saat itulah pinggiran gelap bulan menampilkan keindahan”mutiara Bailey” (Bailey beads), yg dibentuk oleh terobosan cahaya Matahari melaluilembah dan ngarai permukaan Bulan.
Lebar pita bayangan, yakni daerah yang dilewati oleh jalur GMT hanya sebesar 150-200 km (di permukaan bumi). Dari sebelah utara dan selatan jalur GMT tidak terlihat lagi. Oleh karena itu bagi tiap titik di permukaan bumi hanya mempunyai peluang dilewati jalur gerhana sekali tiap 360 tahun. Ini suatu kala panjanguntuk dapat menyaksikanepisode gerhana serupa. Panjang GMT maksimum hanya 7 menit40 sekon.
Kegelapan yang ditimbulkan oleh kerucut bayangan bulanuntuk tempat di dekat ekuator, dapat berlangsung selama 5 menit. Tergantung dari jarak matahari-bumi-bulan panjang kala GMT bisa mencapai maksimum 7 menit 40 sekon (untuk suatu titik didekat ekuator). GMT 1983 mendekati kala maksimum, berlangsung 6 menit. Panjang kala gerhana itu sendiri sudah merupakan primadona bagi pemburu gerhana untuk di kejar dan di amati dari tempat yang sesuai, dalam artian tidak akan terganggu oleh peristiwa meteorologi seperti awan yang menghalangi pandangan. Para professional-astronom ingin memanfaatkan peluang emas itu untuk membuka dan meneguhkan interpretasi rahasia alam yang belum terpecahkan atau belum kukuh. Aspek fisika ruang antar planet (di dekat Bumi) dan fisika matahari, yakni gejala ubahan yang menyulut penampakan korona dan berpengaruh pada lapisan angkasa Bumi, merupakan incaran peneliti.
Tidak hanya kala gerhana saja yang menjadi daya tarik pemburu gerhana. Saat berlangsung dan topografi jalur GMT menjadi parameter popularitas gerhana. Kecermatan memilih ini penting untuk menjamin keberhasilan upaya ilmiah, apalagi yg bersifat mendesak. GMT yang berlangsung pada musim kemarau mempunyai bobot tinggi untuk disasar menjadi obyek pengamatan, demi suksesnya suatu program ilimiah yang telah menyita waktu dan tenaga (dan dana). Sebagai contoh GMT 1983, yang dapat dilihat di tengah hari tatkala Matahari tinggi dilangit, dari tempat yang kering seperti Tuban (Tanjung Kodok) memenuhi segala ”fit and proper test” untuk menjadi tujuan serius pemburu gerhana. Bagi para amatir keilmiahan, pemotret serius dan penggemar lingkungan budayapun merupakan atraksi yang bisa dikaitkan dengan keinginan mengamati GMT. Tidak usah diutarakan bahwa Pulau Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya memperoleh kredensial cap itu. Jadi tidak mengherankan kalau disamping para profesional, arus kunjungan pemburu gerhana berjumlah besar. Harapan penulis GMT 2016 juga harus bisa membangkitkan daya penarik peneliti maupun pengamat, tergantung pandangan visioner kita memanfaatkan alam lingkungan.
Nilai penting GMT bagi peneliti fisik Matahari dan lingkungannya sangat tinggi. Inti masalah adalah ubahan2 yang disulut oleh berkurangnya sinar dan terang sesaat—memungkinkan melihat angkasa matahari terluar. Manifestasi kegiatan Matahari terpancar keluar menginduksi plasma angkasa Matahari yang tidak tampak (kecuali melalui cara tertentu yang sangat spesifik - mengimitasi kejadian GMT). Kedudukan Matahari sebagai poros tengah dalam tatasurya, telah ikut membentuk kekhasan lingkungan ruang antar planet, terutama lingkungan Bumi. Lapisan angkasa Bumi teratas peka terhadap ubahan kegiatan tubuh Matahari dan efek itu merambat. Adonan mekanisme dan interaksi hasil kerja gelombang elektromagnetik, penjalaran gelombang dari sentra pembentukan energi di inti Matahari, tidak hanya mewarnai ujud angkasa luar Matahari (lapisan-lapisan korona) tetapi juga berdampak pada kemagnitan Bumi melalui medan listrik maupun medan magnetik. Angkasa bagian luar Matahari adalah manifestasi kejadian renik didalam badan matahari, sebagian dari ubahan itu tersiram ke dalam ruang antar bintang.
GMT 2016 ini merupakan wadah 3-tahun pasca maksimum Matahari aktif. Pada saat aktif bintik Matahari dan ikutannya, flare, sangat kuat menyemburkan energi bertenaga tinggi dalam ujud emisi sinar ultraviolet. Apakah kejadian itu meninggalkan sidik jari lingkungan. Matahari, walaupun merupakan bintang terdekat dengan Bumi, tetap sebagai bintang yang menyimpan enigma, belum semua rahasianya terpapar dan terbaca oleh peneliti. Menyatunya tiga buah cabang keilmuan, Ilmu Keplanetan, Ilmu Kebumiandan Astronomi, merupakan medan kerjasama yang menghadirkansoal saling terkaitKita tinggal di Bumi, lumrah kalau perhatian kita tertuju pada proses evolusioner lapisan angkasa Bumi.
Penyelidikan antar disiplin, untuk mengetahui efek yg timbul dari tautan Matahari-Bumi, umpama, Effek Terestrial GMT dalam aeronomi, termasuk penyelidikan kecerahan angkasa dan gelombang gravitasi angkasa yg mungkin tersulut olehsentuhan sesaat ubahan kualitas dan kuantitas cahaya..
Daya tanggap serba-hidup biasanya menjadi obyek penelltian karena keterubahan kualitas cahaya dan bahang.. Tusukan luar sesaat itu barangkali masih bisa ditemui pada jenisflora di hutan Kalimatan atau di wilayah Sulawesi Tengah.
Untuk menghindari ”verbalisme” alangkah baiknya jika ada uluran tangan untuk anak didik, pendidik dan masyarakat yang memerlukan keilmuan.. Progam ilmiah remaja dengan kapal bisa diadakan untuk memupuk cinta laut dan alam. Dalam kapal bertamasya menuju ke pusat jalur GMT mereka diberi ceramah astronomi, geografi, meteorologi, biologi, dls. Setelah gerhana selesai, kapal menuju ke selatan (Tambora, Bali) atau melihat geografi hutan basah tropika di Kalimantan. Usaha itu akan bermanfaat bagi pembangunan bakat.
Bandung, 25 April 2015
Bambang Hidayat